The Truth Untold

“Asem,” ujar Evan setelah memasukan satu potongan mangga muda ke dalam mulutnya. Regina sampai terkekeh kala melihat raut wajah Evan yang tengah menahan rasa asam itu.

“Namanya mangga muda pasti asem, Mas.”

“Iya sih, tapi lama-lama enggak kok. Seger, mau gak?”

Regina menggeleng pelan, tapi Evan tetap kekeh. Pria itu mengambil sepotong mangga muda lain kemudian dia sodorkan pada Regina.

“Ayo cobain, biar anaknya ngerasain langsung.”

Regina memakan potongan mangga itu. Regina tidak yakin tapi sepertinya ini bukan kali pertama Evan menyuapinya.

“Asem sih tapi seger.”

“Iya kan?” tanya Evan kembali mencari pembenaran.

“Regina, makasih yah.”

Kembali memperhatikan pria itu, “kenapa harus bilang makasih? Aku yang harusnya bilang makasih sama kamu mas. Kamu jagain aku, ngurus aku, banyak pokoknya. Aku ngerepotin kamu banget.”

“Saya kan sering bilang kalo saya gak pernah ngerasa di repotin sama sekali.” Regina menarik kedua sudut bibirnya.

“Pulang yuk, aku gak ada yang mau dibeli lagi kok,” ajak Regina. Evan kemudian menggenggam tangan Regina sampai ke mobil. Fyi, mereka makan langsung mangganya di tempat penjual buah yang kebetulan membuka lapak kalau-kalau pelanggan mereka ingin makan di tempat seperti Regina dan Evan.

“Kebiasaan lupa pake sabuk pengaman,” ucap Evan sambil memasangkan sabuk pengaman pada Regina.

“Abis engap mas.”

“Safety first Regina. Saya gak mau ada kejadian jelek nimpa kamu sama anak kita.”

Mobil Evan kini resmi meninggalkan posisinya menuju kembali ke rumah. Selama di perjalanan tidak ada percakapan yang begitu penting terjalin diantara keduanya.

Evan terdiam, begitu juga dengan Regina saat mobil mereka belum masuk ke area rumah dengan sempurna. Keduanya tidak mampu berkata kala seorang pria berdiri dengan terkejut begitu mendapati Evan dan Regina ada di hadapannya.

Bunga yang pria itu pegang pun kehilangan genggamannya.

“Mas.”

©Pchss_