Tentang Hasta
Waktu itu gue berusia sekitar tujuh tahun. Gue yang enggak ngerti apa-apa tiba-tiba diajak ibu gue buat pindah rumah. Katanya, rumah yang ditinggal mendiang ayah gue udah enggak layak huni. Memang sih, atapnya sering bocor, toiletnya mampet, temboknya berlumut, dan masih banyak lagi.
Gue yang masih polos ngerasa seneng-seneng aja karena mau pindah ke rumah yang lebih bagus, lebih layak huni. Ibu bilang disana nanti gue bisa main boneka yang bagus-bagus, makan yang enak, sama pakai baju yang cantik.
Tapi ternyata kita enggak cuman tinggal berdua. Ada satu laki-laki seusia ibu yang nyambut gue pake pelukan hangat waktu itu. Dia meluk gue erat banget, terus ngelus rambut gue penuh kasih sayang. Dia juga minta gue buat manggil dia dengan sebutan 'Papa'. Sejak itu gue akhirnya sadar kalo ternyata ibu gue udah nikah lagi dengan orang yang sekarang gue panggil Papa.
Enggak sampe disitu. Dibelakang Papa ada anak laki-laki, usianya sekitar tiga atau empat tahun lebih tua dari gue. Gue enggak tau tapi kalau dilihat lagi tinggi tubuhnya lebih besar dari gue. Papa narik tangan gue dan anak cowok itu buat duduk sama-sama di atas sofa. Kemudian papa saling menyebutkan nama kami masing-masing.
Namanya Hasta.
Hasta Anggara Putra.
Raut wajahnya enggak pernah bersahabat sejak gue menginjakkan kaki di rumah itu. Setelah papa memperkenalkan kami, dia pergi gitu aja. Enggak jarang Hasta melakukan hal yang mencelakai gue bahkan hampir bikin gue pergi dari dunia ini.
Gue pernah didorong dari atas sepeda sampe jatoh dan tangan gue retak, Hasta juga pernah ninggalin gue ber jam-jam di mall sendirian waktu usia gue menginjak kelas enam SD dan dia kelas satu SMA, hal yang paling gue inget adalah waktu Hasta sengaja dorong gue ke kolam renang dewasa dan gue hampir meninggal waktu itu.
Hasta cemburu, dia enggak bisa nerima gue dan Ibu gue di hidup dia. Apalagi sikap Papa yang kelihatan lebih sayang sama gue dibanding Hasta yang anak kandungnya sendiri. Hasta juga berpikir kalau Ibu gue yang menyebabkan Ibunya Hasta pergi.
Sejak kelas dua SMA Hasta makin hilang kendali. Istilahnya, Hasta jadi anak bandel. Papa juga udah enggak sanggup buat nasehatin Hasta. Dan sejak dia kuliah, Hasta merantau. Dia pilih universitas yang jauh dari rumah karena dia merasa jijik kalau harus satu atap dengan gue dan ibu gue.
Gue sendiri awalnya menyayangkan kenapa Hasta bisa sampe punya pikiran kayak gitu ke gue. Tapi lama kelamaan Hasta bikin gue muak.
Gue dan Hasta sama sama ninggalin rumah papa. Setelah gue lulus kuliah lebih tepatnya. Gue kerja di perusahaan milik mas Evan, dan gue kaget kalo ternyata Hasta kerja di tempat itu juga.
Gue sama Hasta enggak pernah saling sapa kecuali soal kerjaan. Mukanya masih suka ketus tiap liat gue. Gue sama Hasta kayak orang yang enggak pernah kenal sama sekali.
Waktu gue denger Hasta deket sama Keysha jujur disitu gue kaget sekaligus cemas. Gue takut Hasta ngedeketin Keysha terus dia nyakitin temen gue cuman karena dia benci sama gue. Gue takut, tapi ternyata pemikiran gue lagi-lagi salah.
©Pchss_