Selamat Tidur, Regina

Titah untuk segera menjemput mimpi ternyata tidak langsung dikerjakan oleh Regina. Evan mengernyit pelan begitu ia kembali dari dapur dengan segelas air dan berhenti tepat di depan pintu kamar Regina.

Musik klasik memenuhi ruangan itu.

Evan melangkahkan kakinya untuk mengetuk pelan pintu kamar Regina. Tak lama, si pemilik kamar itu membuka pintu dan menyembulkan kepalanya dari sana.

“Kok belum tidur?”

Pintu kamar Regina terbuka lebar, “gak bisa tidur hehe.”

Evan menggeleng pelan, lelaki itu bersandar pada tepian kusen pintu kamar, “kenapa, hm?”

Regina terdiam, menatap wajah Evan di bawah sinar lampu remang-remang.

“Kok gak jawab?”

“Gak tau, anaknya gak bisa diem,” jawab Regina sambil mengusap pelan perutnya.

Evan terkekeh kemudian menarik Regina pelan masuk ke dalam kamar. Keduanya duduk di atas ranjang saling berhadapan.

“Saya gak yakin ini berhasil, tapi berdasarkan pengalaman salah satu teman saya kalo si bayi gak mau diem tandanya dia lagi pengen dimanja ayahnya.”

Regina mengusap pelan perutnya yang sebenernya tidak karuan. Bayinya benar-benar tidak bisa diam.

“Terus biar diem gimana?”

“Saya minta izin dulu buat sentuh perut kamu, boleh?”

Regina tersenyum, “boleh.”

“Sana tiduran, saya coba elus perutnya yah.”

Regina menurut, ia merebahkan tubuhnya kemudian ada Evan di sampingnya yang mengelus perut Regina penuh kelembutan sambil sesekali Evan mengajak si bayi mengobrol agar segera tidur dan tidak menyusahkan ibunya.

Perlahan, Regina merasakan kalau si bayi mulai tenang. Kedua sudut bibir Evan pun tertarik, membentuk bulan sabit yang jika dilihat dari posisi Regina seperti ini sangat indah. Evan sudah bilang kalau feeling dia soal bayi ini bagus. Persetan dengan ucapan Hasta tempo lalu.

“Udah tenang kan?” tanya Evan.

Regina mengangguk setuju, rasa kantuk pun mulai menyerangnya.

“Saya tinggal yah,” pamit Evan. Namun lengan lelaki itu ditahan oleh Regina. Yang mengakibatkan langkahnya pun ikut tertahan.

“Kenapa? Butuh sesuatu?”

Sejujurnya Regina terlalu gengsi untuk meminta hal ini pada Evan. Namun layaknya ibu hamil kebanyakan yang ingin dimanja ayah dari anak yang mereka kandung, pun kini Regina rasakan.

“Mas tidur disini aja boleh gak?”

Sedikit terkejut, Evan tidak pernah menyangka kalau Regina akan meminta hal seperti ini padanya.

“Kamu gak keberatan emang?”

Regina menggeleng pelan. “Maaf mas kalo ini bikin mas gak nyaman atau merasa terbebani. Tapi boleh gak mas tidur disini aja? Elus perut aku lebih lama lagi?”

Dengan awal yang ragu Evan mengangguk mengiyakan permintaan Regina. Pun Regina pada akhirnya menggeser tubuhnya untuk memberikan ruang pada Evan, meskipun jauh dalam lubuk hatinya Regina tengah merutuki kebodohannya sendiri.

“Mas keberatan gak?”

“Enggak Regina, ayo tidur.”

Regina mengubah posisinya menjadi menyamping. Kemudian Evan memeluknya dari belakang sambil mengelus perut Regina pelan, mengikis seluruh jarak diantara keduanya.

“Selamat tidur, Regina.”.

©Pchss_