Nyatanya
“Gue hamil.”
Hal yang seharusnya tidak membuat Adimas merasa terkejut namun nampaknya malah membuatnya terkejut berlipat-lipat ganda.
“Gimana?”
Sekali lagi, Regina menelan ludahnya kasar sambil menatap ke luar jendela mobil yang tengah dikemudikan oleh Adimas. Jemari Regina perlahan membuat jendela kaca mobil Adimas merendah, mencari oksigen supaya rasa sesak di dadanya berkurang.
“Regina?”
Wanita itu kembali menaikkan jendela kaca mobil. “Gue hamil, Adimas.”
Mobil Adimas mendadak berhenti, membuat kening Regina hampir mencium dashboard mobil serta kendaraan lain di belakangnya yang hampir menabrak mobil Adimas.
“NYETIR YANG BENER GOBLOG!” teriak salah satu pengguna jalan raya.
Dengan pemikiran yang sedikit rumit Adimas kembali melajukan mobilnya. Tangan dan sekujur tubuh pria itu menegang. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Adimas sebelum akhirnya pria itu menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
“Keluar.”
“Hah?”
Regina tidak pernah menyangka bahwa hal seperti ini yang akan dia dapatkan. Dia pikir Adimas akan merangkulnya, mencari jalan keluar bersama-sama, seharusnya seperti itu.
“Keluar.”
“Adim—”
“GUE BILANG KELUAR! BUDEG YA LO?!”
Dengan langkah terburu-buru Regina keluar dari dalam mobil Adimas. Menutup pintu mobil itu dengan keras. Sakit, orang yang dia harapkan sebagai malaikat penolong nyatanya tidak seperti itu.
Memang tidak pernah ada jaminan kalau menaruh harapan pada manusia. Bodohnya Regina masih melakukan hal itu.
Duduk di atas trotoar seraya berharap mobil Adimas kembali dan membawanya pulang dengan nyaman.
Nyatanya, tidak seperti itu.
___
©Pchss_