Medicine

Begitu pintu kamar hotel yang ditempati Regina terbuka kening Evan nampak sedikit bertaut. Wajah Regina cukup pucat, di sekitar pelipisnya pun nampak keringat dingin sedikit menetes membasahi permukaan kulitnya. Evan kemudian membawa punggung tangannya menempel ke arah kening Regina. Cukup panas, dan itu bukan hal yang bagus.

“Pusing?”

Regina mengangguk pelan. Evan kemudian menarik tangan Regina untuk meletakkan kantung keresek berisi obat-obatan ke atas tangan wanita itu.

“Diminum yah.”

Wanita itu mengangguk pelan. Lengan Evan kembali terangkat kemudian mengusap pelan kepala Regina yang membuat si empunya terkejut tak menyangka mendapat perlakuan seperti itu.

“Cepet sembuh,” ujar Evan sambil menarik lengannya kembali.

Regina menarik kedua sudut bibirnya, “makasih, Pak.”

Kedua sudut Evan terangkat perlahan. Pintu kamar Regina kembali tertutup, lantas Evan kembali melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu. Tubuhnya berhenti begitu mendapati Adimas tengah berdiri tak jauh dari tempat Evan berpijak. Suasana canggung menguar menyelimuti kedua pria itu.

“Selamat malam, Pak.”

Evan mengangguk pelan sebelum akhirnya kembali melangkah dan benar-benar meninggalkan tempat itu. Sebelum beranjak, Evan sempat mendapati Adimas dengan dua kantung keresek yang digenggam erat di kedua lengannya.

'gue, gak lagi bikin kesalahan kan?' gumam Evan dalam hatinya.

'gue udah harus mulai mundur?' gumam Adimas dalam hatinya.

©Pchss_