I love u, I really do
“Ini beneran bisa dipake buat cewek?” tanya Cia.
Dion berdeham pelan sambil mengeringkan wajahnya menggunakan handuk. “Coba aja, sama-sama sabun ini. Dari pada pake sabun mandi.”
Insiden colak-colek krim kue ternyata tidak berakhir pada Dion saja. Mario, Dika, bahkan Almira ikut cemong berkat kue ulang tahun Dion. Ketiganya sudah membersihkan diri lebih dulu, Mario dan Dika pun langsung ngacir ke kamar Dion setelah diberitahu bahwa Dion sempat membeli PlayStation keluaran terbaru. Sedangkan Almira, anak itu nampaknya kelelahan dan berakhir tidur di kamar tamu.
Dion menatap risih ke arah rambut Cia yang nampak menghalangi aktivitas perempuan itu saat mencuci wajahnya. Lantas Dion mengambil seluruh rambut Cia dan memegangnya sampai perempuan itu selesai.
“Ayo lanjut,” titah Dion saat perempuan itu malah terdiam sambil menatap Dion lewat pantulan cermin.
Buru-buru Cia membasuh wajahnya, kemudian mengeringkannya menggunakan handuk.
“Hey, makasih untuk hari ini.”
“Sama-sama kak, oh iya gue juga nyimpen hadiah. Hadiahnya di laci yang ada di kamar kak Dion.”
Dion sedikit berdecak, “kenapa repot-repot sih?”
“Birthday tanpa kado sama kue itu gak seru kak!”
Dion terkekeh pelan, kemudian lelaki itu meraih sesuatu di dalam saku celananya.
“Cia, maaf kalo kesannya jelek banget. Tapi saya enggak mau kehilangan kamu lebih jauh lagi.”
Sebuah cincin.
Iya, Dion melamar Cia pada hari ulang tahunnya.
“Kak? Kok malah gue yang dikasih kejutan?”
“Tangan saya pegal, Cia.”
Cia mengangguk pelan, kemudian senyum merekah di wajah keduanya. Dion mengambil lengan Cia untuk ia pasangkan cincin ke jari manisnya.
“Makasih, makasih banyak,” ujar Dion sambil menarik Cia ke dalam pelukannya sambil sesekali mengecup pelan pucuk kepalanya.
Cia juga ikut melingkarkan lengannya di tubuh Dion. Erat, sangat erat. Mau bagaimana pun juga, pelukan Dion menjadi tempat paling Cia sukai.
Dion sedikit memberi jarak pada keduanya, menatap netra Cia dalam-dalam. Degub jantung kedua manusia ini nampak saling bersahutan memanggil satu sama lain.
Kecupan manis mendarat sempurna di kening Cia, tidak ada protes dari perempuan itu. Kemudian Dion menurunkan kecupannya di hidung Cia, dan berakhir di bibir ranum perempuannya.
Mengesapnya perlahan tanpa tuntutan lebih. Tidak ada suara sejenis protes dari perempuannya, malah candunya itu melingkarkan lengannya di leher Dion.
Saat-saat seperti ini Cia malah teringat soal omongan Tigra yang ternyata benar adanya. Degub jantung Cia berdetak tak terkendali, pertanda bahwa kini dirinya telah jatuh sedalam-dalamnya pada sosok yang kini mengecup pelan rahangnya di beberapa tempat. Semakin turun ke bawah, harum buah persik menyeruak dari leher Cia.
Candu, hanya itu yang mampu Dion deskripsikan detik ini.
Lengan yang semula melingkar di leher Dion kini beralih, naik sedikit untuk sesekali meremas rambut demi melampiaskan perasaannya.
“I love you, I really do” bisik Dion tepat di samping telinga kanan Cia.
“Kak,” panggil Cia dengan suara rendahnya.
“Hm?”
Cia menyandarkan kepalanya di dada bidang yang nampaknya kini resmi menjadi kekasihnya. Degub jantung Dion nampak terdengar begitu keras, membuat senyuman kecil terukir manis di bibir Cia.
“Parfum kak Dion harum,” ucap Cia, semakin menghirup wangi lelaki itu.
“Nanti saya kasih parfumnya, mau?”
Anggukan pelan dari Cia menjadi jawaban dari pertanyaan Dion.
“Oke, nanti say—”
“AUDZUBILLAHIMINASYAITONIRAZIM!!! Allaahumma lakasumtu— EH ANJING KOK DOA BUKA PUASA”, teriak Dika.