Belenggu

“Udah gue bilang, dingin kan?”

Regina berdecak pelan, seharusnya dia mengikuti apa perkataan pria di sampingnya itu. Angin darat yang berhembus menerpa kulit Regina nampak berpihak pada sang rembulan. Dingin, namun sang puan tidak berkuasa melakukan apapun untuk menghentikan sang bayu.

Adimas lantas tidak tinggal diam menatap wanita di sampingnya ini mengusap berulang lengan atasnya. Jaket boomber berwarna navy lantas mendarat sempurna di bahu wanita itu.

“Eh, apaan nih?”

“Pake.”

Regina menatap wajah Adimas yang menatap lurus ke arah hamparan laut malam. Disertai deburan ombak, juga taburan bintang dan cahaya rembulan. Kedua insan itu duduk bersila di atas pasir pantai yang masih terasa hangat. Sedikit menjaga jarak dengan lautan supaya pakaian mereka tidak basah.

“Lo gak dingin?” tanya Regina.

Pria itu menggeleng pelan, “enggak. Enak kok sejuk.”

Bohong. Jelas anginnya terasa begitu menusuk.

“Kadang gue gak paham sama lo, Dim.”

Merasa namanya disebut, pria itu akhirnya menoleh. Kedua netra mereka kini beradu. Menciptakan geleyar aneh yang hanya menghampiri salah satunya.

“Apanya?”

Regina terdiam.

“Apa yang lo enggak paham dari gue?”

Pandangan wanita itu beralih, kini hanya Adimas yang menatap lekat ke arah Regina.

“Banyak, Dim.”

Setelah jawaban itu terlontar, Adimas kembali meluruskan kepalanya. Kembali menatap hamparan lautan yang nampak lebih menyeramkan ketika malam tiba.

“Lo baik.”

“Semua manusia harus bersikap baik, masa gitu aja gak tau.”

“Baiknya lo beda, Dim. Kenapa?”

Adimas menghela nafas pelan, “enggak ada alasan lain selain rasa simpati kok.”

Regina bukan wanita yang tidak paham akan hal kecil seperti itu. “Karena gue sama lo, beda?”

Kalimat tanya yang lebih terdengar seperti sebuah pernyataan itu nampak menusuk dada Adimas pelan.

Sudah, sudah Adimas coba untuk tidak bersikap melebihi batas. Namun semakin ia membentang sebuah jarak, semakin tersiksa batinnya.

“Oke lupain, sorry bikin lo gak nyaman.”

Adimas masih terdiam. Namun selanjutnya pria itu mengangkat tubuh Regina dan berjalan mendekat ke arah laut.

“DIM SUMPAH GUE NGAMUK KALO LO CEBURIN GUE KE LAUT.”

Tidak ada jawaban, hanya terdengar tawa Adimas yang menggelegar sekaligus menyebalkan.

Sudah.

Regina jatuh ke dalam air laut dan berakhir basah.

“HAHAHAHA!”

“SINI GAK LO?!”

Adimas berupaya meloloskan diri, namun siapa sangka bahwa Regina berhasil menarik kaos bagian belakang pria itu dan membuat Adimas terjatuh ke dalam air.

“SETAN!”

Kini tawa Regina yang terdengar memenuhi semesta. Berawal menghindari rasa dingin, malah berakhir dengan keadaan setengah basah.

Oh coba lihat, siapa sangka adegan yang barusan terjadi disaksikan oleh pihak ketiga yang menonton dari kejauhan?

©Pchss_