Ada banyak hal di dunia ini yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya sama sekali. Tentang bagaimana sebuah hubungan akan terjalin atau berakhir. Alea tidak pernah melupakan nasehat soal 'manusia hanya bisa merencanakan, sisanya Tuhan yang menentukan'.
Hari ini hujan, dan Alea sama sekali tidak menyangka kalo hujan bakalan turun padahal tadi siang masih sangat cerah. Ia bukan orang yang bakalan nyimpen payung di tas miliknya setiap hari. Terlalu ribet.
Lantas wanita itu hanya bisa menatap jalanan yang di guyur oleh hujan, sambil sesekali bersenandung ria setelah memasangkan earphone di kedua telinganya. Tidak peduli jika orang menatapnya dengan tatapan aneh atau mengejek.
Sesekali gemuruh terdengar setelah kilat menyambar di atas langit. Alea suka hujan, tapi tidak suka dengan hal-hal yang dikaitkan dengan hujan. Contohnya, sedih, menangis, dan air mata.
“Hei.”
Sedikit tersentak, saat seseorang melepas earphone sebelah kanan dan membisikan sapaan.
“Gila, bikin kaget aja.”
Lelaki itu tersenyum lebar, “hehe. Lama nunggu nya?”
Alea menggeleng pelan, “enggak. Baru keluar barusan kok.”
Lelaki itu mengacak pelan rambut Alea kemudian menautkan seluruh jemari mereka. Lelaki itu juga memasukkan lengan keduanya ke dalam saku jaket yang dikenakan oleh lelaki tersebut.
“Hangat.”
Lagi-lagi lelaki itu tersenyum, “saku jaket aku gak bakalan kerasa anget kalo gak diisi tangan kamu.”
Alea terkekeh pelan, “gombalannya itu loh, aneh.”
“Loh, bukan aneh. Ini namanya antimainstream.”
Pada akhirnya keduanya saling tertawa lebar, menertawakan percakapan random nan aneh yang mereka bangun sore itu di bawah guyuran hujan.
“Kalo nanti kita nikah, aku bakalan ajak kamu duduk sambil ngadep jendela. Minum teh atau kopi panas sambil liatin hujan, sesekali diganggu sama anak-anak kita yang ngerengek minta dibuatin makanan ringan atau minta dibacain buku dongeng.”
Kedua sudut bibir Alea tertarik pelan. “Emangnya kita bakalan nikah?”
Decakan pelan keluar dari bibir lelaki itu, “doain aja. Takdir gak bakalan ada yang tau.”
“Iya, karena gak ada yang tau itu makanya aku gak mau punya ekspektasi lebih tinggi lagi.”
Lelaki itu menoleh, menatap wajah Alea yang nampak semakin cantik setiap harinya. “Tapi mau kan?”
Anggukan pelan nampak terlihat dari wanita itu. “Sampe tua, kayaknya aku mau sama kamu terus.”
“Kenapa?”
“Hm, gapapa. Gak boleh emangnya?”
Lelaki itu semakin mengeratkan tautannya, “boleh, banget. Aku bersedia kok hidup sampe tua sama kamu. Kalo bisa aku mau minta biar kita matinya barengan aja.”
Kening Alea nampak mengerut samar, “kenapa?”
“Aku gak bakalan sanggup kalo ternyata kamu yang lebih dulu ninggalin aku, Al. Aku gak tau bakalan kayak gimana.”
“Kalo ternyata yang duluan bukan aku gimana?”
Lelaki itu nampak terdiam, kemudian berdeham pelan. “Tergantung.”
“Apa?”
“Kalo kamu sayang sama aku, kamu harus lanjutin hidup kamu.”
Alea nampak berdecak pelan, “masa gitu sih. Aku kan sayang banget, harusnya ikut mati aja.”
“Gak gitu, Al. Nanti kita pasti punya anak, anak kita gak bisa ditinggal kedua orang tuanya gitu aja. Enggak ada yang tau kita bakalan mati pas anak-anak masih kecil atau udah gede. Tapi Al, kehilangan orang tua itu salah satu penyebab runtuhnya semesta seseorang.”
Merasa hawa disekitar mereka menjadi semakin sedih, Alea jadi merapatkan tubuhnya pada lelaki itu kemudian menyandarkan kepalanya.
“Perihal kematian, kayaknya enggak pernah bisa dijadikan alasan orang buat menghentikan hidupnya. Se-sayang apapun, se-cinta apapun, enggak waras kalo kamu berhenti hidup karena kehilangan semesta kamu. Memang kelihatannya enggak adil, tapi semua sudah diatur oleh Tuhan.”
“Hm, aku paham. Aku enggak mau mikirin yang jelek-jelek dulu. Takut.”
Lelaki itu mengecup pelan pucuk kepala Alea dengan lembut. “Gapapa, gak usah dipikirin. Mending kita pulang sekarang, hujannya udah gak terlalu deres.”
Alea mengangguk pelan. Lelaki itu kemudian melepas jaketnya untuk melindungi kepala Alea dari hujan yang belum sepenuhnya mereda dari tempat mereka berdiri sampai ke tempat parkir.
“Kak.”
Lelaki itu menoleh pelan.
“Aku mau—”
”—nikah sama Kak Jarell.”
© Pchss_, 2022
Qrt this part dengan reaksi kamu pas baca part ini kalo kamu mau sequel Tukar Pacar